Buah Hati
Entah siapa yang menemukan istilah “ Buah hati”. Yang jelas, pastilah Dia orang yang sangat halus & Lembut perasaannya. Saat kita mengucapkan kata Buah hati. Siapakah yang terlintas dalam pikiran kita ? Pastilah orang yang disayangi & dicintai.
Siapa Dia…..? Kekasih ?, suami/Istri?, orang tua?, sahabat dekat?. Ternyata bukan mereka. Kata Buah hati lebih tepat ditujukan pada Anak – anak kita.. Amanah Allah yang dititipkan kepada kita. Berapapun jumlahnya
Akupun baru mengerti betapa Indah dan dalamnya kata-kata itu, setelah anakku disuting oleh Pangeran Idamannya. Putri anakku kuliah di luar kota tepatnya di Bandung. Kurang lebih 4 Jam perjalanan dengan Bus dari rumah kami. Dia tinggal di kamar kontrakan alias indekos. Pulang kerumah sebulan atau dua bulan saat dia libur kuliahnya. Kadang-kadang kami orangtuanya yang menengok . Kami rasakan wajar & biasa saja.
Suatu hari Putri telephon dari Bandung , memberitahukan kalau ada pemuda yang mengajaknya menikah. Serius sekali Dia. Sejujurnya, itu adalah berita yang sangat membahagiakan kami selaku orang tuanya. Karena sebentar lagi di usia muda, & productif, dia sudah disunting orang. Namun ada keraguan juga dihatiku . Berkali-kali kutelephon Putri agar berpikir & Istikharah. Dan selalu juga dijawab dengan penuh kesungguhan & kemantapan.
Giliran kami orangtuanya yang harus Istikharah untuk mohon petunjuk dari Allah. Agar keputusan kami selalu dalam Tuntunan & JalanNya.
Akhirnya disepakati tanggal & hari untuk Ta’aruf. (berkenalan dengan keluarga). Sholat Istikharah- Mohon petunjuk Allah masih berlanjut. Hingga kemantapan datang, saat terngiang kandungan Al-Qur’an surat Annur ayat 26: “………wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik. Dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik….”
Seminggu kemudian ditentukan pula hari untuk Khitbah /meninang Putri. Hari-hari menunggu pangerannya Putri datang kerumah untuk meminang, Badanku terasa panas-dingin tidak menentu. Sering demam dengan panas tinggi. Ke Dokter hanya diberi Vitamin & penurun panas. Malam hari tidur tidak pernah nyenyak. Akibatnya……… di kantor ngantuuuk. Aku sendiri heran… Apa telah yang terjadi denganku ? Hal yang sama pernah aku alami saat diriku dipinang oleh Bapaknya Putri (itu terjadi 24 tahun yang lalu).
Akhirnya saat hari pinangan tiba. Semuanya sibuk bersih-bersih. Ya rumah, gorden dll. Tak lupa membersihkan diri. Pangerannya datang bersama Ibu, adik & kerabatnya. Disepakatilah hari & tanggal pernikahannya. Dihari itu badanku menggigil. Hingga acara pinangan usai sore hari. Aku nggak kuat lagi untuk berdiri. Badanku panas. Demam tinggi hingga 3 hari.
Tiga minggu kemudian pernikahan berlangsung. Ijab Kobul usai diucapkan….. Ada rasa Lega yang sangaat dalam. Rasa bahagia yang sangaaat Indah Rasa haru yang luar biasa.
Namun …. Ada sesuatu yang tercabut dari hati yang paliiiiing dalam. Ada satu ruang kosong dalam hati. Dilain sisi Aku dihujani oleh ucapan Selamat.
Tak dapat dipungkiri, Hari itu kuterima ucapan dengan rasa syukur Alhamdulillah. Atas Amanah Allah yang dititipkan padaku. Maha Suci Allah yang telah memberiku kepekaan perasaan. Sehingga dapat merasakan saat Amanah itu berpindah pada orang lain yang sekarang sudah menjadi suaminya.
Terbayang kembali Putri kecilku saat dalam gendongan. Kutimang, kusayang dan terbayang manjanya. Bersyukur karena Amanah itu dapat bersamaku. Hingga datang Sang “Pemetik” Seperti di alam mimpi. (Hingga aku berdo’a, agar yang terjadi bukan mimpi yang hadir sesaat).
Tiga hari setelah menikah, Putri pamit akan kembali ke Bandung. Tentu saja bersama Pangeran yang sudah berstatus suaminya . Menikmati masa-masa indah bulan madu nya. Dan kembali beraktifitas. Putri melanjutkan kuliahnya yang tinggal 1 semester lagi. Kupeluk & cium mereka. Kupandangi kepergiannya dengan rasa penuh Cinta.
Sepeninggal mereka….. Detik-detik berjalan , terasa sangat lambat. Ada sesuatu yang hilang dalam rumah ini. Dalam hati ada yang ikut pergi. Benar-benar ada yang hilang. Ada keharuan & kebahagiaan yang sangat dalam. Rasa Rindu yang sangat mendera.. Ada aliran hangat di pipi. Kupeluk Si bungsu adiknya putri. Dia menangis juga dalam pelukanku sambil memanggil-manggil Putri kakaknya. Kupandang Bapaknya Putri. Yang diam mematung memandang jejak-jejak Putri.
Sudah sebulan putri menikah. Namun perasaan haru dan kehilangan itu belum juga hilang. Sering Aku, suami & adiknya putri berbincang, menenangkan diri. Membuka-buka album foto keluarga.
Berbeda perasaan dengan tiga tahun yang lalu Saat putri pamit ke Bandung untuk kuliah. Tidak ada perasaan kehilangan.
Dan sekarang ,….Purti tetap kuliah. Dikota yang sama. Apa yang terjadi ? Mengapa perasaan berbeda ? Mengapa ada yang hilang sehingga kerinduan mendera? Mengapa ada yang terbawa ? Mengapa Haru ? Mengapa menangis ?
Rupanya BUAH HATI ku sudah dipetik Aliran darahku ada yang terbawa. Kasihku ada dihatinya. Yang kini sudah menyatu dengan Hati pangerannya. Ya Allah, Engkau telah menghimpun hati-hati ini dalam CINTAMU. Maka bimbinglah kami agar selalu di JalanMu. Nama “BUAH HATI” selalu terucap dalam setiap Do’a kepadaNya.
|
0 comments:
Post a Comment